Tentang Hujan


Jakarta di minggu kelima bulan maret 2012, tepat dihari keduapuluh Sembilan, hujan deras mengguyur ibu kota setelah panas yang menyengat dan lautan tinta tercetak dengan kisruh demo menolak Bahan bakar minyak (BBM), terasa masih panas.

Aku menyukai hujan. Kenapa? Karena suaranya, rintikan kecil, besar ketika air berjatuhan. Menyapu debu seketika, menjadi asap melayang ke atas, sejuk dan dingin. Hujan itu indah. Waktu seakan berhenti ketika menatapnya. Hujan meninggalkan jejak ketika dia berhenti. Menjadi embun, tetesan air di daun-daun, pohon, bunga bahkan tanah yang basah.

Hujan itu berirama. Gerimis bertempo pelan. Semakin lebat temponya meningkat, deras, mengeluarkan butiran yang makin lama makin besar. Hujan ciptaanNya adalah teman dikala sendirian. Dia bisa datang kapan saja, namun selalu membawa kabar berita. Hujan tak pernah lupa untuk menyapa ketika dia ingin turun dan pamit ketika dia hendak pergi.

Hujan selalu meninggalkan tanda. Tanda yang disampaikan lewat sahabat-sahabatnya. Awan yang kelabu dan langit abu-abu. Hujan akan pergi dengan perlahan, meninggalkan jejak keheningan namun sejuk tak terkira. Kadang hujan juga menyeramkan, jika sahabat-sahabanya bergabung. Petir yang menyilaukan dan menggelegar. Suara dasyat itu sungguh mematikan.

Hujan tak membosankan bukan? Iramanya berubah-ubah, nuansanya tak sama dan jejaknya terekam sungguh membahana. Thanks God, u make me wanna see and love Your creations, RAIN!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer