Relung dan Nurani

"Mimpi"

Apakah kamu punya mimpi? Apa mimpimu?
Aku punya. Hmmmm, impianku adalah melihat anak anakku tumbuh sukses.

Apa itu mimpimu? Bukankah itu kewajibanmu sebagai ibu. Lalu apa mimpimu?

#hening

Tidak sama bukan, kewajiban dan mimpi. Membawa anakmu sukses itu kewajibanmu, sesuatu yang harus dilakukan dengan kerja keras. Tapi mimpimu adalah apa yang ingin kamu capai, apa yang seharusnya kamu raih dan perjuangkan. Itu mimpi, mimpi itu semua tentangmu, bukan orang lain. Sudahkah mimpi itu ada?

#hening 

"Rasa"

Kalau kamu punya rasa tentu kamu akan tahu bagaimana dia yang sering kau tinggalkan untuk bekerja. Harusnya kamu tahu, apa yang harus dilakukan jika rasa yang kamu tinggal, malah memberi kekosongan padanya.

Pernahkah kamu bertanya. Hai nak, bagaimana perasaanmu ketika ibu bekerja?
Atau pernahkah kau bertanya. Hai nak, apakah kau ingin ibu bekerja atau tidak?
Ah, jangan berdebat denganku kalau alasanmu hanya ingin ke-exis-an diri. Atau kau ingin mengubah hidup lebih baik dengan bergelimang harta.

#murka

Cukup!jangan menghakimiku, layaknya kau tau apa yang kurasakan.
Jika kau tau, aku juga menahan kesepian, kesendirian, meninggalkan dia, belahan jiwaku. Jika ku bisa lari memeluknya terus setiap hari, akan kulakukan. Aku seorang ibu, dan juga istri. Kuharap dia mengerti ibunya harus berbagi peran sebagai pekerja, sebagai buruh. Bukankah itu tanggung jawabku?

Aku meninggalkannya bukan karena aku ingin, tapi karena aku terpaksa. Kau pikir dengan memeluknya terus perutnya akan kenyang. Tidak. Aku tidak bisa berdiam diri saja dan hanya memeluknya erat.  Ada waktu yang harus kukorbankan, agar dia bisa hidup. Hidup dengan layak.
Aku yakin dia tahu ibunya akan berdoa lebih keras untuknya, berbuat lebih banyak untuknya.
Cukup, pergilah. Jangan meracuni pikiran dan hatiku. 

#diam

Aku tak bisa pergi. Aku ada di hatimu. Aku nuranimu.

#Ismi bergeming. Di depan cermin, dia melihat pantulan wajahnya yang semakin lama, semakin tirus, kurus dan tak terurus.

Iya... kamu adalah aku. Kumaafkan karena kau menghakimiku.

Musim dingin,
Dubai 26 Agustus 2015.


Monolog

Jika kamu adalah anak. Jangan hakimi ibumu yang kadang "terpaksa" pergi jauh darimu. 
Jika kamu adalah Ibu. Maafkan mereka yang semakin hari tumbuh, semakin jauh, dan malah menyakitimu.


To Be Continued

Komentar

Postingan Populer