SURAT CINTA FARAH
Tak
seperti biasanya, Farah terlihat murung, padahal Farah dikenal sebagai anak
yang periang dan ceria. Teman-teman Farah pun merasa bingung, ada apa gerangan
dengan temannya. Biasanya Farah akan cerita jika punya masalah atau unek-unek
apapun, tetapi kali ini berbeda, sudah seminggu Farah seperti tak bersemangat. Ketika
bubar sekolah, Dita teman baik Farah, berusaha mendekati dan berbicara pada
Farah, yang sedang menunggu jemputannya di depan sekolah
“Kenapa
seh Far, kok bengong terus, lagi mikirin seseorang ya?” seru Dita
“Nggak kok, aku ga mikirin siapa-siapa,” jawab Farah sambil kembali terdiam
Dita
pun bingung dibuatnya, Farah sepertinya tidak mau cerita tentang masalah yang
dihadapinya kini. Padahal Ujian Nasional sebentar lagi akan dimulai,
teman-teman Farah sibuk mencari bimbingan belajar ke sana sini, sementara Farah
seakan tidak peduli.
Keesokan
harinya, Dita menanyakan kembali pertanyaan yang sama dengan kemarin, dan Farah
pun menjawab seperlunya saja, hingga Dita merencanakan belajar kelompok di
rumahnya, Farah pun ikut serta. Ketika di rumah Dita, Farah masih saja sering
melamun sendiri. Diajaklah Farah ke kamar Dita dan memintanya menceritakan
semua masalah yang membuatnya murung.
Tiba-tiba
Farah menangis tersedu-sedu,sambil memeluk Dita. Mukanya penuh air mata, Farah
sedih dan mengatakan bahwa kedua orang tuanya tidak peduli lagi sekarang
padanya. Dita mendengarkan dengan serius dan siap-siap untuk bertanya ini itu.
“Aku
nggak ngerti ta, mama dan papa seperti
menggangapku ga ada.” seru Farah
“Mereka
hanya sibuk sendiri dan ngurusin anak
kesayangan mereka tuh, Adit. Mama dan
papa seperti tak punya waktu untukku.” tambah Farah dengan kesal dan sedih
“Bukankah
papamu selalu mengantarmu ke sekolah kan, itu berarti dia masih peduli.” Tanya
Dita. “Iya, pedulinya berkurang.” Jawab Farah. “Dulu, papa sering mengantar dan
menjemput ke sekolah, sejak ada adit semua berubah, bahkan papa sering sibuk
dengan hobi barunya. Dan soal mama, bisa ditebak ta, dia akan selalu berada
disisi adit, ga mau jauh sama sekali,
kesal nggak tuh?”tambahnya dengan muka
cemberut.
“Paling
menyakitkan ta, ketika mama ulang tahun, aku kecewa sekali, padahal tanggal
ulang tahunku sama dengan mama, tetapi tak ada pesta, kue apalagi kado istimewa,
aku memang sudah dilupakan ta.”jawab Farah sambil terisak isak.
Dita
pun menepuk-nepuk pelan bahu temannya , “Sudah..sudah..sudah,” “Tapi Far, bukannya mama papamu nggak pernah lupa dengan ultahmu ya.”tanya
Dita“Itulah yang heran ta, sejak Adit ada mereka lupa padaku,” kata Farah.
Tanpa
sengaja, ibu Dita mendengarkan percakapan mereka. Setelah mengetuk pintu dan
masuk, ibu Dita langsung duduk di dekat Farah. Ibu Dita yang dipanggilnya tante
Wiwi, memeluknya erat.
“Farah
tau artinya baik sangka,” tanya Tante
Wiwi sambil mengusap rambutnya
“Ga berpikiran buruk kan tan.” jawab Farah dengan menghapus air matanya.
“Betul
sayang, baik sangka juga tidak menuduh orang macam-macam.”jelas tante Wiwi
“Bukankah
Farah tau, kalau mama sekarang punya
bayi, adiknya Farah, mama perhatian sama Adit, karena Adit masih bayi, waktu Farah
bayi juga diperlakukan hal yang sama kok,
mungkin mama terlalu sibuk dan lelah mengurus semuanya, hingga lupa sejenak
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama Farah, tetapi bukan berarti mama
tidak sayang Farah loh.”tambah tante
Wiwi
“Kalau
sayang, Farah nggak dicuekin dong tan.”balas Farah
Tante
Wiwi hanya tersenyum sambil memeluk Farah. “Di ruang tengah tadi tante tidak
sengaja menemukan ini.”jawab tante Wiwi sambil menunjukkan amplop pink
bergambar bunga tulip.
“Tante
tau, ini buat mama kan, karena tulip
bunga favorit mamamu,”jawab tante. “Tante sudah lama mengenal mamamu, bahkan
dari sebelum kami berkeluarga, mamamu itu seorang wanita yang lembut dan
penyanyang. Sekarang coba Farah berikan surat ini pada mama, tante rasa semua
prasangka Farah nanti akan terjawab deh.”
Jelas tante Wiwi panjang lebar
Farah
hanya menghela nafas panjang, dia bingung dan kesal, selama ini dia mendiamkan
mama dan papanya, tidak bicara apalagi bertanya. Kalau sekarang surat itu
diberikan bukankah akan malu jadinya, padahal bukan Farah yang salah. Ketika
perjalanan pulang, Farah terus memikirkan saran tante Wiwi, untuk sampai di
rumah, Farah biasanya melewati taman favoritnya, taman ini yang selalu dikunjungi
Farah, papa dan mamamnya. Farah duduk sejenak, memikirkan dan membayangkan
kebahagiannya dulu.
Farah
ingat waktu dulu masuk rumah sakit karena demam berdarah, mamanya tidak pernah
absen dari sisi Farah, matanya bengkak karena banyak menangis, tiap malam dia
berdoa, itu yang Farah dengar setiap tidur malamnya. Farah pun bangkit dan
berbisik dalam hatinya “Iya..aku pasti bisa, tante Wiwi benar, kalau ingin
dapat jawaban harus bertanya biar ga berprasangka
buruk, lagi pula Farah sudah dewasa kan,
sudah mau masuk SMP, jadi, ayo semangat.” Tambahnya sambil melangkahkan kaki
dengan cepat.
Sesampainya
di rumah, suasana begitu sepi, Farah tak menemukkan siapa-siapa, kecuali bibi.
Bibi bilang mama dan papa pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan den adit,
katanya lagi sebentar aja kok, nanti
sebelum Farah pulang juga sudah dirumah.
Farah
kembali membaca surat yang dibuatnya seminggu yang lalu. Tulisannya masih sama
“Surat Cinta Farah” ketika dibalik yang tertulis adalah Untuk Mama, happy bday mom. Surat itu akhirnya
diletakkan di meja rias mama, karena terlalu lelah Farah pun kembali ke kamar
dan tidur siang. Ketika tidur siang Farah bermimpi indah sekali. Mama menyanyangi
Farah seperti dulu, bahkan ketika tidur, dia mencium kening Farah hangat sekali
dan berbisik, mama akan selalu sayang padamu, karena kau puteri kecil mama yang
tak tergantikan.
Farah
pun terbangun, namun masih sepi. “Huufft,
ternyata mimpi, semoga saja aku dapat jawabannya sekarang.”tegas Farah
“Bruggh, apa itu.” Setengah kaget, tak
sengaja Farah menendang sesuatu, sampai terseret ke bawah tempat tidurnya. Oh, ternyata kotak merah berpita biru, warna kesukaan Farah,
disampingnya ada amplop merah bergambar bunga mawar. “Teruntuk Cinta Mama” dan
tanggal yang tertera di surat itu adalah 16 Februari, seminggu yang lalu, “Ya
Tuhan, ternyata mama ingat” bisik Farah
Farah
segera berlari ke luar dan mencari mamanya, dilihatnya mamanya sedang sibuk
menyiapkan sesuatu di ruang tengah, Farah berlari dan memeluk mamanya dan
berkata “Aku juga sayang sama mama” kata Farah. Mamanya tersenyum bahagia dan
berkata “Mama juga sayang Farah.”
Komentar
Posting Komentar