From Mom to Kid
just SHARING : Menuju 4 tahun
oleh Elie Kamilah pada 10 Oktober 2011 pukul 12:33
Seorang anak,menangis dan memanggil ibunya, "ibu..ibu..ibu"
Ibunya pun datang dengan tergopoh-gopoh, "Ana opo toh le, kok nangis wae"
Anak itu terus saja menangis dan kali ini menunjuk2 dengkulnya, "Ibu iki ono telek (tahi ayam). Buang yo, bu,buang?!
Lalu
ibunya membuang kotoran ayam itu. Namun tangis anaknya tidak berhenti.
Diapun kembali memanggil ibunya dan berkata "Balek no, Balek no, Balek
no!"
Anak itu meminta ibunya mengembalikan telek itu lagi. lalu
sang ibu mengembalikan lagi telek tersebut kedengkul putra
kesayangannya.
Tangis anak itu semakin keras dan kembali berkata "Kok, ora podo, Kok ora podo!"
Anak
itu menangis, karena telek yang dikembalikan ibunya tidak sama
bentuknya dengan telek yang pertama kali menempel pada dengkulnya.
Sambil mencari telek lainnya, ibu itupun bergumam, "Wis ora opo-opo, asal besok gede dadi jendral!" ibu itupun tersenyum.
Selang
40thn kemudian,anak yang menangis minta telek itu dan membuat ibunya
repot mencari benar2 menjadi jendral. Dialah jendral Subagyo HS, mantan
kepala staf TNI angkatan darat
(diambil dari buku "Kekuatan do'a Ibu, karya ummi Maya")
Subhanalloh..subhanalloh..subhanalloh.
saya tertegun dan merenung begitu dalam, begitu berat yah!!!
Sebagai
ibu, kini saya merasakan hal yang sama. Jadi ingat ketika, putra saya
tersayang, yang terkadang juga mengasyikan dan memusingkan, menangis dan
merengek tanpa sebab yang jelas. pernah suatu hari dia meminta saya
untuk diam disampingnya, sayapun menurut, tiba2 dia meminta lagi,"ganti
bajunya mu, yang itu jelek" padahal dari tadi saya memakai baju yang
sama ketika main dengannya, saya coba jelaskan dengan bahasa yang mudah ia
mengerti, tetapi tangis dan rengeknya tak kunjung reda.sayapun menurut.
Setelah berganti baju. eh walah..."duduknya kaya tadi mu, kaya tadi
duduk yang pertama, bukan gitu, bukan gitu!" hmmm, sayapun kembali
menurut dengan pikiran bingung dan heran, lah wong dalam logika saya, ni
anak maunya apa ya?dah diturutin tetep saja salah. Itu saya ucap dalam
hati . Seleseilah ceritanya, setelah saya berganti posisi duduk berkali2
sesuai yang dia inginkan (ya..anggap saja pemotretan tanpa kamera :D)
Sempat
merasa kesal juga, tapi batin saya akhirnya mengalah. Ehmm...itulah anak.
So colorfull,, banyak warna layaknya pelangi..MeJiKuHiBiNiU alias
merah, jingga,kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Seperti
pepatah bilang, anak seperti anak panah dan kita adalah busurnya, kita
hanya sebagai alat untuk meluncurkan anak panah ketujuan yang lurus dan
benar. Anak kita walau berasal dari kita, tetap bukan milik kita, dia
punya kehidupan dan haknya sendiri. Selalu saya ingatkan itu pada diri
saya.
Usia batita dan pra sekolah memang menakjubkan,
selalu punya alur yang naik turun, banyak klimaks yang bisa membuat kita surprise . Sebut saja, dunia tutup buka, lempar banting, corat
coret sana sini, itu salah satu kejadian dalam dunia batita,
juga..rentetan pertanyaan yang bertubi2 pada kita, ibunya. sampai dunia
prasekolah, anak tidak bisa berhenti bertanya apa ini apa itu, bernyanyi
sesuka hatinya, lompat sana sini, berlari bahkan melakukan "inisiatif'
yang kadang membuat kita gerah sendiri.
Dan kitapun hanya
bisa bilang"Diam dong nak" apa g cape ya"..ini salah satunya, energi
yang seakan tak pernah habis, meski sakit, kadang anak hanya diam
sebentar dan setelah itu, ya....bisa ditebak.
Kalau banyak
yang bilang, dibilangni susah, ga mau diam, lari sana sini disebut
sebagai kenakalan. Saya kira tidak. Saya pernah menyetujui hal tersebut,
ketika belum menjadi seorang ibu, tetapi selang 3 tahun kebelakang,
saya sadar, anak itu anugrah, unik dan penuh kejutan. Sebuah kejutan
jika dia tak mau diam, klo orang lain berkata itu nakal. Bagi saya unik,
jika dia punya segudang inisiatif ketika susah sekali untuk dinasihati.
dan semuanya anugrah, ketika saya mampu menerima setiap kekurangan dan
kelebihannya.
Segudang cerita pernah saya alami, sampai
pada pemikiran dan persfektif yang lain. mengubah cara pandang kita
dalam memaknai sesuatu akan selalu berujung pada satu kesimpulan yang
bisa lebih positif. Tanpa adanya negatif thinking dan stigma yang
seharusnya tidak melekat. Selalu mengingatkan diri untuk terus berdoa
dan ikhtiar dengan belajar memahami titipan terindah." Itulah anak
kita".
Semoga Ummu menjadi ibumu yang bisa kau andalkan ya sayang.Mmmuaaach love u deh :]
www.facebook.com/elikamilah
Komentar
Posting Komentar