SI PRASEKOLAH! KOK GA MAU SEKOLAH
“Aduh kok anakku ga mau
ya kalau diajak sekolah padahal anak dibawah usia dia udah berani masuk
sekolah” keluh Elin
“Kalau anakku berani
banget pergi kesekolah, malah minta tiap hari perginya” terang Astri
Anda
ataupun disekitar anda tentunya sering mendengar keluh kesah atau bahkan
permasalahan seputar anak seperti diatas. Ada anak diusia prasekolah (3-5)
berani dan mau jika diajak untuk bersekolah, seperti playgroup, PAUD, ataupun Taman kanak-kanak (TK). Sementara sebagiannya
malah ogah-ogahan dan cenderung menghindar.
Fase
prasekolah memang fase dimana tumbuhkembang anak semakin meningkat, baik dari
segi kosakata, perilaku, dan hubungannya dengan sekitar. Usia 3-5 tahun anak
cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka jangan salah anda akan
disodori pertanyaan yang bertubi-tubi. Sementara ketika usia batita, sekolah
hanya dikhususkan pada aspek sosial yakni anak diajarkan untuk bersosialisasi
dengan orang luar (selain orang tua, kerabat atau tetangga), berinteraksi
dengan sesama baik itu sebaya, yang lebih tua atau yang lebih muda. Usia ini
diharapkan dapat mengenal dunia luar dan memiliki wawasan akan hal tersebut.
Usia
kanak-kanak seharusnya sudah melewati tahapan belajar si batita, akan tetapi
banyak usia prasekolah yang memang masih belajar tahap tersebut karena beberapa
aspek sepeerti anak yang pemalu, terlalu banyak dirumah atau terlalu banyak
dilarang.
Usia
kanak-kanak adalah usia bermain, jangan pernah membebaninya dengan pendidikan
ataupun les yang bermacam-macam. Seharusnya playgroup, TK, ataupun PAUD hanya
menjadi fasilitator untuk menstimulus kemampuan anak dalam berinteraksi,
melatih motorik halus dan kasar, melatih mental dan emosi serta aspek-aspek
kognitif dan behavioral lainnya.
Untuk itu, jika kita berniat
memasukkan anak ke sekolah, lihatlah kesiapan anak. Kesiapan setiap anak memang berbeda-beda, tetapi
ingatlah selalu bahwa anda harus menghindari mengajarkan pelajaran kepada anak
yang tidak sesuai dengan usianya atau Anxiety disorder. Untuk TK
misalkan, kesiapan dinilai dari:
1.
Kemampuan
mengenal warna,
Pada fase ini, anak sudah diajarkan
untuk mengenal warna disekitarnya. Anda bisa saja mengenalkan anak dengan cara
bercerita, menunjukkan warna benda disekitarnya dan selalu berusaha menemani anak
saat bermain.
2.
Kemampuan
mengenal beberapa huruf
Banyak cara yang bisa diajarkan pada
anak dalam mengenal huruf, dengan catatan janganlah memaksa anak untuk
menghapal dan menyebutkannya berulang-ulang, ini akan berakibat pada psikis
anak yang berujung trauma. Kemampuan ini bisa dilihat jika anak memang tertarik
untuk belajar huruf, ketika diajari, tanpa paksaan. Anda mungkin akan menemukan
anak yang belum tertarik sama sekali ketika belajar huruf, padahal usianya
sudah 4 ataupun 5 tahun. Anda mungkin bisa melakukan teknik bermain sambil
belajar, mengenalkan huruf lewat komputer, lewat cerita bergambar, ketika
berjalan-jalan keluar, menuliskan namanya sendiri dikarton besar dengan warna
warni tulisan ataupun ketika bermain bersama teman-temannya.
3.
Menghitung
sampai 10
Usia Taman kanak-kanak memang masih
usia lebih banyak bermain, namun kecakapan atau kemampuan anak selama bermain
haruslah bertambah. Biasanya sebagian anak sudah mulai tertarik dengan hitung
menghitung. Cobalah untuk terus mengajarinya, dengan fun dan sekreatif mungkin.
4.
Bermain
secara kooperatif dengan anak lain
Kebanyakan orang menyangka anak usia
ini masih besar egoismenya dari pada empatinya. Padahal ternyata bukan
egoismenya yang tinggi, tetapi egosentris. Egosentris disini adalah bahwa anak
memandang segala sesuatu dari sudut pandang dirinya. Hal ini akan dibuktikan
dengan bagaimana anak bermain dengan anak lain dan hanya perlu diasah terus
sisi empati dari anak.
5.
Mengerjakan
instruksi yang agak kompleks sifatnya
6.
Berkonsentrasi
dan menaruh perhatian
Anak bisa duduk untuk waktu agak
lama, serta mampu menyesuaikan dalam kegiatan rutin harian di sekolah. Anak
juga bisa memahami cerita yang kita sampaikan, dan dalam beberapa hal dia bisa
mandiri, bisa mengkomunikasikan segala keinginannya serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Seringkali
permasalahan menjadi kompleks. Jika ada anak yang sudah bisa menghitung, pandai
mengenal warna, bisa mengerjakan hal yang lebih sulit dan bisa mengenal huruf, tetap
masih ingin dirumah, dan berkutat dengan orang yang sama. Pun ketika di ajak
bersekolah, dia hanya akan duduk bersama ibunya, tanpa interaksi dengan guru
dan teman-temannya. Ini berarti anak tersebut pemalu ataupun kurang berani.
Menurut
Marilyn Greene, spesialis anak usia dini di Agoura Hills, California (www.parenting.co.id), gen pemalu bisa saja diwariskan,
karena pada dasarnya beberapa anak memang dilahirkan pemalu. Untuk mengatasi
rasa malunya dan membuatnya keluar dari dunianya sendiri, anda harus terus
mendorongnya untuk berinteraksi tetapi tidak memaksakan. Berikut ini hal hal
yang bisa anda lakukan:
·
Libatkan
dia. Setelah memperkenalkan diri pada
seseorang, libatkan dia dalam satu percakapan ringan, biasanya anak mulai
memperhatikan dan terbuka sedikit demi sedikit
·
Lakukan
persiapan.
Sebelumnya, berikan sedikit gambaran tentang siapa saja yang akan ia temui dan
seperti apa mereka. Dengan cara itu, orang-orang baru tersebut tidak akan
menjadi orang yang sama sekali asing baginya.
· Biarkan
ia mengikuti orang lain.
Ketika di restoran misalkan, biarkan ia mendengarkan yang lain memesan sesuatu.
Ia juga akan memesan makanan, misalnya, kalau ia melihat hal itu mudah saja dilakukan,
dan ini bisa membawanya lebih berani dalam setiap kondisi.
· Jangan
memaksa. “Hal
itu justru bisa berbalik,” kata Greene. Setiap paksaan akan membuatnya
semakin menarik diri. Jadi, sebaiknya Anda membujuknya dengan lembut.
Hal
terpenting adalah bahwa anda sebagai orang tua harus mengenal betul setiap
kondisi anak baik itu psikis maupun mental. Termasuk perkembangan kognitif
(pengetahuan), afektif (rasa aman dan kasih sayang) dan behavioral ( perilaku
social). Orang tua juga dituntut untuk selalu melatih anak dan bersabar
terhadap tingkah laku anak. Jika anak tetap tidak mau sekolah, meskipun
kecakapannya cukup, anda bisa mengajarinya dirumah seperti membacakannya buku
cerita, mengajaknya berinteraksi keluar, seperti mengunjungi perpustakaan,
museum, kebun binatang, dan tempat lain, dimana anak bisa belajar mengenal dunia
luar. Sediakan buku sesuai usianya. Ia bisa membuka, melihat dan ‘membaca’
sendiri. Batasi menonton TV, sebab ini bukanlah kegiatan yang interaktif!, Rangsanglah
anak untuk mengajukan banyak pertanyaan seputar dunia di sekelilingnya. Dan
yang terakhir Ciptakan suasana ‘belajar’ yang fun. Jangan tuntut anak
untuk duduk, menghapal dan ‘menulis’ di buku
Komentar
Posting Komentar